BAB I
PENDAHULUAN
Hal yang paling mendasar yang mendasari perbedaan jaman dahulu dan jaman
sekarang adalah teknologi. Tentunya tak bisa kita pungkiri bahwa teknologi saat
ini sudah menjadi kebutuhan primer kita. Jika ada pertanyaan “Jika jaman dahulu
manusia bisa hidup normal tanpa teknologi, akan tetapi mengapa sekarang
tidak?”. Jawabannya adalah perkembangan era globalisasi dan perkembangan pola
pikir manusia. Bukannya saat ini manusia tidak bisa hidup normal tanpa
teknologi, kita pun masih bisa hidup normal, akan tetapi aktifitas sehari-hari
kita tidak akan semudah dibandingkan dengan ketika kita membumbui aktifitas
kita sehari-hari dengan apa yang dinamakan teknologi.
Dengan
adanya teknologi, aktifitas kita sehari-hari dapat dengan lebih mudah kita
lakukan. Dengan teknologi, kita bisa mengefisiensikan waktu guna menyelesaikan
pekerjaan yang lain secara instan. Akan tatapi kita harus mengetahui
konsekuensi segala sesuatu yang instan. Segala yang instan juga memiliki dampak
negatif yang bukan main bahayanya. Sebagai orang yang bijak dan mengetahui hal
yang bajik, kita harus mempunyai prinsip untuk menguasai teknologi, bukan
dikuasai teknologi sehingga kita memperbudak teknologi, bukan diperbudak
teknologi.
Seiring
dengan perkembangan jaman dan kebutuhan manusia, ilmu teknologi pun berkembang
dengan dinamis guna tuntutan-tuntutan tersebut sehingga teknologi mempunyai
sub-sub atau cabang disiplin ilmu antara lain bioteknologi, teknologi
informasi, dan teknologi kearifan lokal seperti yang akan kita bahas dengan
lebih mendalam di bab-bab selanjutnya.
1.
Apa yang dimaksud dengan bioteknologi, teknologi
informasi, dan teknologi kearifan lokal serta bagaimana perkembanganya?
2.
Apa peranannya dalam kehidupan manusia?
3.
Bagaimana dampak positif dan negatifnya?
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas ilmu alamiah dasar dan
juga yang terpenting adalah sebagai referensi bagi kita semua dalam kajian
masalah teknologi khususnya masalah teknologi informasi, dan teknologi kearifan
lokal.
BAB II
PEMBAHASAN
Bioteknologi merupakan teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau
bagian-bagiannya untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Definisi seperti ini merupakan definisi
bioteknologi klasik (konvensional). Bioteknologi modern memanfaatkan agen
hayati atau bagian-bagian yang telah direkayasa secara in vitro dalam
menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri.
Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme atau bagian-bagiannya, misal bakteri dan
kapang. Selain itu, bioteknologi juga memanfaatkan sel tumbuhan dan sel hewan
yang dibiakkan sebagai konstituen bernagai proses industri.
Penerapan bioteknologi pada umumnya mencakup produksi sel atau biomassa dan
perubahan (transformasi) kimia yang diinginkan. Transformasi kimia tersebut
kemudian dapat dibagi menjadi dua sub bagian, yaitu:
Empat gelombang perkembangan bioteknologi
Gelombang pertama. Tahap ini
dikenal juga sebagai era pra-pasteur, yang dicirikan oleh pemanfaatan mikroba (
bakteri, kapang, khamir ) untuk pengawetan dan atau pembuatan makanan/ minuman.
Minuman khas Jepang ( sake ), bir, anggur, keju, yoghurt, dan
pangan tradisional dari Indonesia ( tempe, oncom, kecap ) merupakan contoh
hasil proses bioteknologis tradisional. Sampai tahun 1920-an, penggunaan
mikroba juga dikembangkan untuk produksi bahan kimia ( aseton, butanol, asam
sitrat ) dan biomassa.
Gelombang kedua.
Bioteknologi generasi kedua ini dimulai ketika ditemukan penisilin oleh
Fleming ( 1929 ) dan permulaan pengusahaannya dalam bentuk industri pada tahun
1944. Pada era ini ( dan sampai sekarang ) kegiatan bioteknologi diwarnai oleh
proses produksi industri antibiotika, vitamin, dan asam-asam organik dengan
fermentasi. Generasi kedua ini juga dikenal sebagai era antibiotika.
Gelombang ketiga.
Bioteknologi generasi ketiga melejit secara pesat pada paruh tahun 1970-an
dengan diterapkannya rekayasa genetika untuk memanipulasi dan memperbaiki sifat
organisme sebagai “agen” yang berperan penting dalam bioindustri. Berbagai
produk farmasi dan kedokteran yang bernilai tinggi seperti interferon, hormon,
dan vaksin diproduksi berkat rekayasa genetik ini. Teknologi hibridoma yang
ditemukan Kohler dan Milstein (1975) membuka era ini untuk produksi antibodi
monoklonal. Kekhasan ini menyebabkan tahapan ini juga dinamai bioteknologi
baru.
Gelombang keempat. Gelombang
ini dicirikan dengan perekayasaan struktur enzim ( tiga dimensi ) yang dikaji
dalam bidang protein engineering. Perkembangan proses bioteknologis
tidak lepas dari peran enzim sebagai biokatalis. Pengkajian sifat dan kinetika
reaksi enzimatik dan perkembangan peralatan analisis, seperti kristalografi
sinar X dan spektrofotometer massa yang ditopang oleh rekayasa genetik telah memunginkan
ahli biokimia merekayasa enzim sesuai sifat yang diinginkan. Generasi kempat
ini juga dikenal sebagai era rekayasa enzim / protein.
Bioteknologi juga berperan sangat besar dalam kehidupan manusia. Orang
Sumeria dan Babilonia telah menikmati bir sejak 6000 tahun sebelum masehi.
Orang Mesir telah membuat adonan kue asam sejak 4000 tahun sebelum masehi.
Bukti bahwa organisme sanggup melakukan fermentasi didapat dari studi awal L.
Pasteur (1857-1876), sehingga Pasteur disebut bapak bioteknologi. Pada masa
kini, bioteknologi bukan hanya dimanfaatkan dalam industri makanan tetapi telah
meluas dalam berbagai bidang, seperti rekayasa genetika, penanggulangan
populasi, penciptaan sumber energi, penemuan bahan medis maupun farmasi, dan
lain-lain.
Berikut adalah perkembangan bioteknologi menurut periodenya :
a)
Periode
bioteknologi tradisional ( sebelum abad
ke-15 M ) Dalam periode ini telah ada
teknologi pembuatan minuman bir dan anggur menggunakan ragi (6000 SM), mengembangkan roti dengan ragi (4000 SM), dan pemanfaatan ganggang sebagai
sumber makanan yang dilakukan oleh bangsa aztek (1500 SM ).
b)
Periode
bioteknologi ilmiah ( abad ke-15 sampai ke-20 M), Periode ini
ditandai dengan adanya beberapa peristiwa berikut ini :
ditandai dengan adanya beberapa peristiwa berikut ini :
2.
Tahun
1686 :
Penemuan mikrosop oleh Antony van Leeuwenhoek yang juga menjadi manusia
pertama yang dapat melihat mikroba.
3.
Tahun
1870 :
Louis pasteur menemukan adanya mikrob dalam makanan dan minuman.
4.
Tahun
1890
:alkohol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor.
5.
Tahun
1897 :
penemuan enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah gula menjadi alkohol oleh
Eduard Buchner.
6.
Tahun
1912 :
pengelolahan limbah dengan menggunakan mikrob.
7.
Tahun
1915 :
produksi aseton, butanol, dan gliserol dengan menggunakan bakteri.
8.
Tahun
1928 :
penemuan zat antibiotik penisilin oleh Alexander Fleming
9.
Tahun
1994 :
Produksi besar-besaran penisilin
10. Tahun1953
: penemuan struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh Crick dan Watson .
Peran Bioteknologi
Banyak
pasangan suami istri yang tidak dapat memperoleh keturunan, karena spermatozoa
dan ovum tidak dapat bertemu karena hal-hal tertentu. Untuk mengatasinya,
spermatozoa dan ovum dapat dipertemukan di dalam tabung (in vitro=di dalam
tabung). Caranya, ovum istri dan spermatozoa suami diambil. Untuk memperoleh
ovum dalam jumlah banyak, si istri disuntik dengan hormon agar menghasilkan
beberapa ovum. Ovum dan spermatozoa simasukkan ke dalam cawan petri berisi
medium yang sesuai dengan suhu tubuh. Maka terjadilah fertilisasi in vitro
membentuk zigot. Zigot berkembang menjadi embrio. Embrio yang baik dipelihara
dan yang jelek disisihkan. Embrio yang memenuhi syarat dimasukkan ke dalam
rahim agar berkembang menjadi janin di dalam rahim (in vivo=di dalam tubuh). Bayi yang lahir dengan cara demikian
disebut bayi tabung. Bayi tabung yang pertama bernama Lousie Brown, dilahirkan
di Inggris tanggal 25 Juli 1978. Teknik ini umumnya melanggar etika sehingga
jarang digunakan.
Sifat makhluk hidup tersimpan dalam gen. Gen adalah penentu sifat yang ada
di kromosom. Jika gen diubah, maka sifat makhluk hidup itu juga ikut berubah.
Karena itu,
para ilmuwan berusaha untuk merubah-rubah gen makhluk hidup agar memperoleh
organisme baru dengan sifat yang dikehendaki. Kegiatan memanipulasi gen untuk
mendapatkan produk baru dengan mengubah-ubah gen makhluk hidup disebut Rekayasa
Genetika.
Contoh
penggunaan rekayasa genetika adalah pembuatan insulin. Gen penghasil
insulin manusi dipotong dari DNA manusia dengan enzim. Gen tersebut lalu
disambungkan pada plasmid bakteri E. coli. hasil sambungan plasmid dan gen
insulin lalu dimasukkan ke dalam bakteri E.
coli. Bakteri tersebut dipelihara di dalam medium khusus sehingga
berkembang biak dengan cepat dan dapat memproduksi insulin manusia. Insulin
yang dihasilkan ditampung untuk dijual pada penderita kencing manis (Diabetes
Melitus).
Tanaman trasngenik sebenarnya merupakan salah-satu produk dari rekayasa
genetika yang dilakukan terhadap tumbuhan. Tanaman ini menjadi penting karena
dewasa ini sebagian besar produk yang dikembangkan oleh industri bioteknologi
lebih banyak kepada tanaman budidaya yang memiliki nilai jual besar.
Teknik pembuatan tanaman transgenik tidak jauh berbeda dengan pembuatan
insulin. Sifat yang biasanya dimasukkan ke dalam tanaman adalah anti hama, anti
gulma, mampu memproduksi protein tertentu, dan lain sebagainya.
D.
Pengklonan
Pengklonaan sebenarnya bukan barang baru dalam bioteknologi. Pengklonaan
terhadap tumbuhan sebenarnya telah dilakukan berkali-kali sejak jaman dahulu.
Pengklonaan paling sederhana dapat kita lihat di perkebunan ketela pohon.
Ketela pohon yang ditanam menggunakan metode stek memiliki informasi genetik
yang sama dengan induknya. Pengklonaan pada dasarnya merupakan usaha
menghasilkan individu-individu yang seragam. Hal ini dapat dilakukan dengan
stek, cangkok, bahkan kultur jaringan pada tumbuhan.
Meskipun pengklonaan sering dilakukan terhadap tumbuhan, cara yang sama
tidak bisa dilakukan pada hewan. Dahulu, para ilmuwan berpendapat hal ini
terjadi karena sel hewan yang sudah dewasa telah kehilangan kemampuan
berdiferensiasi (totipotensi). Hilangnya totipotensi ini menyebabkan sel hewan
tidak dapat membelah dan berkembang menjadi individu baru. Tetapi Mintz dan
Gurdon dalam penelitiannya masing-masing berhasil membuktikan bahwa
ketidakmampuan sel hewan dewasa untuk berdiferensiasi disebabkan oleh
lingkungan sitoplasma selnya. Gordon mengambil inti sel dari sel usus katak
kemudian ia masukkan ke dalam sel telur yang telah dihilangkan intinya dengan
sinar ultraviolet. Sel telur ini lalu berkembang menjadi berudu, lalu menjadi
katak dewasa. Katak dewasa ini merupakan klona dari katak pemberi sel usus.
Inilah pengklonaan yang pertama dilakukan.
B. Teknologi Kearifan Lokal
Sebagai contoh kearifan lokal yang menyelamatkan antara lain kearifan lokal
yang dikembangkan masyarakat P Simelue yang selamat dari tsunami tanggal 26
Desember 2004 telah menyelamatkan ribuan manusia. Masyarakat Pulau Simelue belajar dari kejadian bencana tsunami yang terjadi
pada beberapa puluh tahun yang lalu (th 1900) dan mengembangkan sistem
peringatan dini dengan teriakan semong yang berarti air laut
surut dan segera lari menuju kebukit. Istilah ini selalu disosialisasikan
dengan cara menjadi dongeng legenda oleh tokoh masyarakat setempat sehingga
istilah ini jadi melekat dan membudaya dihati setiap penduduk P Simelue.
Istilah ini yang menyelamatkan hampir seluruh rakyat P Simelue padahal secara
geografis letaknya sangat dekat dengan pusat bencana. Masyarakat yang berasal
dari P Simelue dan bekerja di sepanjang pantai barat Sumatra menjadi pahlawan
karena menyelamatkan banyak orang dengan menyuruh dan memaksa orang segera
berlari secepatnya menuju tempat yang tinggi begitu melihat air laut surut. Contoh
kearifan lokal ini sering dimuat di media dan disiarkan lewat media elektronik,
walau begitu saat Pantai Pangandaran terkena tsunami bulan Juli 2006
masyarakat setempat tidak segera lari meninggalkan pantai malah mendekati
pantai untuk mengambil ikan sehingga banyak korban tsunami saat itu.Contoh
lain ditunjukkan oleh seorang KH Muzamil Hasan Basuni, pimpinan Pondok
Pesantren (ponpes) Al Hasan yang terletak di Desa Kemiri, Panti, Jember
karena kepedulian terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya, beliau bisa
menyelamatkan 400 santrinya karena melihat keganjilan, dimana dalam kondisi
hujan agak lebat tetapi air sungai tidak banjir lagi malah surut. Ternyata
dibagian hulu telah
terjadi longsor yang menutup atau membendung sementara aliran sungai. Begitu
bendung tanah jebol maka terjadi banjir bandang. Semua bisa melihat bagaimana
seluruh kompleks pondok peasntren terendam lumpur dan banyak yang hancur
karenanya.Ini berarti bangsa Indonesia bisa bertahan hidup dengan belajar
langsung dari alam dan berusaha terus mengenal (”niteni“) tingkah laku
alam di sekitarnya, sehingga mereka menciptakan banyak kearifan lokal
yang dianut oleh komunitas masyarakat sekitarnya. Kearifan lokal ini
berkembang karena selama ratusan tahun secara geologi, klimatologis, geografi
dan kondisi sosial demografi Indonesia rawan bencana gempa, tsunami, gunung
api, longsor , rawan banjir, angin ribut, kekeringan, kebakaran hutan, konflik
sosial, penyakit menular dan lain sebagainya. Dalam perkembangannya
kearifan lokal mulai terpojokkan/terpinggirkan dikarenakan datangnya ilmu
pengetahuan dari barat. Hal ini terjadi karena kearifan lokal tidak punya bukti
ilmiah yang bisa diterima secara rasional. Tulisan ini lebih menyoroti
pada kearifan lokal yang berkembang di daerah gunung api. Hal ini saya tulis
karena saya merasa bangga sebagai bangsa Indonesia karena hanya di bumi
Indonesia gunung api ada yang njaga.
Seperti kita ketahui bersama sekitar pertengahan bulan Juni 2006 G Merapi
di Yogyakarta terjadi peningkatan aktivitas sampai level AWAS dengan
konsekuensi masyarakat yang bermukim di kawasan gunung merapi harus diungsikan.
Pengungsian dimulai dengan bantuan aparat dan relawan. Adalah Mbah Marijan dan
kerabatnya tidak menunjukkan kegelisahan dan kegugupan, masih tetap
tenang-tenang saja. Kenapa mbah kok tidak ikut mengungsi? Mbah Marijan menjawab
dengan tenang “Memang ada apa?, G Merapi saat ini belum mau meletus, masih
batuk-batuk saja dan kenalpotnya tidak mengarah kesini. Jadi kenapa saya harus
ribut, dan saya belum dapat wangsit dari eyang merapi. Mbah Marijan pun bisa
melihat sinar putih (cleret) yang keluar dari puncak G Merapi menuju ke
bawah yang menandakan akan keluarnya awan panas (wedus gembel) yang
keluar searah dengan arah cleret. Bulan Oktober-Nopember 2007 G Kelud
aktif dinyatakan pada level AWAS oleh pihak Pusat Volkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG Bandung) dan tegas-tegas mengatakan bahwa secara
teoritis dengan tingkat kegempaan, perubahan temperature, tingkat deformasi dan
berdasarkan sejarah letusan di masa lampau maka mestinya G Kelud sudah meletus.
Oleh kerenanya semua orang yang bermukim di radius 10 km harus diungsikan. .
Bagi masayarakat yang pernah mengalami letusan tahun 1919, 1951, 1966 dan 1990
menolak mengungsi karena belum ada tanda-tanda alam seperti (1) turunnya
hewan-hewan dari puncak, (2) burung-burung atau hewan lainnya masih berbunyi,
(3) pohon-pohon di sekeliling kawah belum ada yang mati layu/kering. Dan lagi
sang sesepuh seperti mbah Marijan yang dikenal dengan Mbah Ronggo mengatakan
bahwa disamping belum ada tanda-tanda tersebut, dia belum mendapatkan
“wangsit”. Apa yang dilakukan oleh mbah Ronggo dan masyarakat G Kelud merupakan
upaya masyarakat lokal (local wisdom) untuk memahami perilaku alamiah
gunung berapi berdasarkan pengalaman sejarah letusan Mbah Ronggo ngotot tidak
mau mengungsi. Dan kita lihat bersama drama G kelud tidak diakhiri dengan
letusan walau secara intrumental teknologi mestinya meletus. Berdasarkan
beberapa literatur perubahan perilaku hewan seperti hewan-hewan langka turun
gunung, hewan-hewan atau burung-burung terdiam tidak bersuara (ada kesunyian)
atau binatang liar yang tiba-tiba menjadi mudah ditangkap atau binatang
peliharaan yang bertingkah laku aneh di sangkarnya, sering muncul sebelum
peningkatan fase letusan gunung berapi. Ada berbagai kemungkinan penyebab
kejadian ini antara laian karena adanya gelombang dan radiasi elektromagnetik
yang keluar bersamaan dengan bergeraknya magma keatas sehingga menimbulkan
regangan dan retakan. Akibat tekanan magma pada lapisan batuan menimbulkan
regangan dan berakibat munculnya gelombang elektromagnetik, dan retakan yang
menimbulkan radiasi magnetic. Gelombang dan radiasi elektromagnetik
berfrekuensi rendah hingg tinggi. Rendah bila regangan dan radiasi diakibatkan
oleh tekanan magma yang rendah pula, sebaliknya yang regangan dan radiasi
elektromagnetik tinggi dikarenakan tekanan magma tinggi. Gelombang dan radiasi
EM berfrekuensi tertentu ini akan mudah dan sudah diterima oleh hewan-hewan sebagai
ancaman sehingga hewan-hewan tersebut bertingkah laku tidak seperti
biasanya.Keadaan ini memunculkan suatu permasalahan yang sangat menarik dan
sangat menggelitik untuk diteliti, yaitu diperlukan alat ukur tambahan untuk
menambah akurasi data Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Teknologi merupakan karya manusia yang difungsikan untuk mempermudah
aktifitas manusia itu sendiri. Seiring dengan perkembangan jaman dan kebutuhan
manusia, maka tentunya manusia yang memiliki pola pikir yang berkembang
menciptakan teknologi dan cabang-cabang ilmu teknologi lainnya guna mempermudah
memecahkan masalah manusia sendiri dengan lebih spesifik
Saran kami seperti apa yang kami kemukakan di atas adalah kita sebagai
manusia yang bijak harus menggunakan teknologi secara bajik serta kita harus mempunyai prinsip kita harus
menguasai teknologi agar nantinya kita memperbudak bukan di perbudak teknologi.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar