Jumat, 20 Maret 2015

Makalah Bio Teknologi (Ilmu Kealaman Dasar)



BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang

Hal yang paling mendasar yang mendasari perbedaan jaman dahulu dan jaman sekarang adalah teknologi. Tentunya tak bisa kita pungkiri bahwa teknologi saat ini sudah menjadi kebutuhan primer kita. Jika ada pertanyaan “Jika jaman dahulu manusia bisa hidup normal tanpa teknologi, akan tetapi mengapa sekarang tidak?”. Jawabannya adalah perkembangan era globalisasi dan perkembangan pola pikir manusia. Bukannya saat ini manusia tidak bisa hidup normal tanpa teknologi, kita pun masih bisa hidup normal, akan tetapi aktifitas sehari-hari kita tidak akan semudah dibandingkan dengan ketika kita membumbui aktifitas kita sehari-hari dengan apa yang dinamakan teknologi.
Dengan adanya teknologi, aktifitas kita sehari-hari dapat dengan lebih mudah kita lakukan. Dengan teknologi, kita bisa mengefisiensikan waktu guna menyelesaikan pekerjaan yang lain secara instan. Akan tatapi kita harus mengetahui konsekuensi segala sesuatu yang instan. Segala yang instan juga memiliki dampak negatif yang bukan main bahayanya. Sebagai orang yang bijak dan mengetahui hal yang bajik, kita harus mempunyai prinsip untuk menguasai teknologi, bukan dikuasai teknologi sehingga kita memperbudak teknologi, bukan diperbudak teknologi.
Seiring dengan perkembangan jaman dan kebutuhan manusia, ilmu teknologi pun berkembang dengan dinamis guna tuntutan-tuntutan tersebut sehingga teknologi mempunyai sub-sub atau cabang disiplin ilmu antara lain bioteknologi, teknologi informasi, dan teknologi kearifan lokal seperti yang akan kita bahas dengan lebih mendalam di bab-bab selanjutnya.


B.   rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan bioteknologi, teknologi informasi, dan teknologi kearifan lokal serta bagaimana perkembanganya?
2.      Apa peranannya dalam kehidupan manusia?
3.      Bagaimana dampak positif dan negatifnya?

C.   Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas ilmu alamiah dasar dan juga yang terpenting adalah sebagai referensi bagi kita semua dalam kajian masalah teknologi khususnya masalah teknologi informasi, dan teknologi kearifan lokal.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    BIOTEKNOLOGI

Bioteknologi merupakan teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau bagian-bagiannya untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Definisi seperti ini merupakan definisi bioteknologi klasik (konvensional). Bioteknologi modern memanfaatkan agen hayati atau bagian-bagian yang telah direkayasa secara in vitro dalam menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri.
Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme atau bagian-bagiannya, misal bakteri dan kapang. Selain itu, bioteknologi juga memanfaatkan sel tumbuhan dan sel hewan yang dibiakkan sebagai konstituen bernagai proses industri.
Penerapan bioteknologi pada umumnya mencakup produksi sel atau biomassa dan perubahan (transformasi) kimia yang diinginkan. Transformasi kimia tersebut kemudian dapat dibagi menjadi dua sub bagian, yaitu:

Empat gelombang perkembangan bioteknologi
Gelombang pertama. Tahap ini dikenal juga sebagai era pra-pasteur, yang dicirikan oleh pemanfaatan mikroba ( bakteri, kapang, khamir ) untuk pengawetan dan atau pembuatan makanan/ minuman. Minuman khas Jepang ( sake ), bir, anggur, keju, yoghurt, dan pangan tradisional dari Indonesia ( tempe, oncom, kecap ) merupakan contoh hasil proses bioteknologis tradisional. Sampai tahun 1920-an, penggunaan mikroba juga dikembangkan untuk produksi bahan kimia ( aseton, butanol, asam sitrat ) dan biomassa.
Gelombang kedua. Bioteknologi generasi kedua ini dimulai ketika ditemukan penisilin oleh Fleming ( 1929 ) dan permulaan pengusahaannya dalam bentuk industri pada tahun 1944. Pada era ini ( dan sampai sekarang ) kegiatan bioteknologi diwarnai oleh proses produksi industri antibiotika, vitamin, dan asam-asam organik dengan fermentasi. Generasi kedua ini juga dikenal sebagai era antibiotika.
Gelombang ketiga. Bioteknologi generasi ketiga melejit secara pesat pada paruh tahun 1970-an dengan diterapkannya rekayasa genetika untuk memanipulasi dan memperbaiki sifat organisme sebagai “agen” yang berperan penting dalam bioindustri. Berbagai produk farmasi dan kedokteran yang bernilai tinggi seperti interferon, hormon, dan vaksin diproduksi berkat rekayasa genetik ini. Teknologi hibridoma yang ditemukan Kohler dan Milstein (1975) membuka era ini untuk produksi antibodi monoklonal. Kekhasan ini menyebabkan tahapan ini juga dinamai bioteknologi baru.
Gelombang keempat. Gelombang ini dicirikan dengan perekayasaan struktur enzim ( tiga dimensi ) yang dikaji dalam bidang protein engineering. Perkembangan proses bioteknologis tidak lepas dari peran enzim sebagai biokatalis. Pengkajian sifat dan kinetika reaksi enzimatik dan perkembangan peralatan analisis, seperti kristalografi sinar X dan spektrofotometer massa yang ditopang oleh rekayasa genetik telah memunginkan ahli biokimia merekayasa enzim sesuai sifat yang diinginkan. Generasi kempat ini juga dikenal sebagai era rekayasa enzim / protein.

Bioteknologi juga berperan sangat besar dalam kehidupan manusia. Orang Sumeria dan Babilonia telah menikmati bir sejak 6000 tahun sebelum masehi. Orang Mesir telah membuat adonan kue asam sejak 4000 tahun sebelum masehi. Bukti bahwa organisme sanggup melakukan fermentasi didapat dari studi awal L. Pasteur (1857-1876), sehingga Pasteur disebut bapak bioteknologi. Pada masa kini, bioteknologi bukan hanya dimanfaatkan dalam industri makanan tetapi telah meluas dalam berbagai bidang, seperti rekayasa genetika, penanggulangan populasi, penciptaan sumber energi, penemuan bahan medis maupun farmasi, dan lain-lain.

Berikut adalah perkembangan bioteknologi menurut periodenya :
a)      Periode bioteknologi tradisional ( sebelum abad ke-15 M ) Dalam periode ini  telah ada teknologi pembuatan minuman bir dan anggur menggunakan ragi (6000 SM), mengembangkan roti dengan ragi (4000 SM), dan pemanfaatan ganggang sebagai sumber makanan yang dilakukan oleh bangsa aztek (1500 SM ).
b)      Periode bioteknologi ilmiah ( abad ke-15 sampai ke-20 M), Periode ini
ditandai dengan adanya beberapa peristiwa berikut ini :
1.      Tahun 1670             : usaha penambangan biji tembaga dengan bantuan mikrob di Rio Tinto, Spanyol.
2.      Tahun 1686             : Penemuan mikrosop oleh Antony van Leeuwenhoek yang juga menjadi manusia  pertama yang dapat melihat mikroba.
3.      Tahun 1870             : Louis pasteur menemukan adanya mikrob dalam makanan dan minuman.
4.      Tahun 1890             :alkohol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor.
5.      Tahun 1897             : penemuan enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah gula menjadi alkohol oleh Eduard Buchner.
6.      Tahun 1912             : pengelolahan limbah dengan menggunakan mikrob.
7.      Tahun 1915             : produksi aseton, butanol, dan gliserol dengan menggunakan bakteri.
8.      Tahun 1928             : penemuan zat antibiotik penisilin oleh Alexander Fleming
9.      Tahun 1994             : Produksi besar-besaran penisilin
10.  Tahun1953            : penemuan struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh Crick dan Watson .



Peran Bioteknologi

A.    Bayi Tabung
Banyak pasangan suami istri yang tidak dapat memperoleh keturunan, karena spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu karena hal-hal tertentu. Untuk mengatasinya, spermatozoa dan ovum dapat dipertemukan di dalam tabung (in vitro=di dalam tabung). Caranya, ovum istri dan spermatozoa suami diambil. Untuk memperoleh ovum dalam jumlah banyak, si istri disuntik dengan hormon agar menghasilkan beberapa ovum. Ovum dan spermatozoa simasukkan ke dalam cawan petri berisi medium yang sesuai dengan suhu tubuh. Maka terjadilah fertilisasi in vitro membentuk zigot. Zigot berkembang menjadi embrio. Embrio yang baik dipelihara dan yang jelek disisihkan. Embrio yang memenuhi syarat dimasukkan ke dalam rahim agar berkembang menjadi janin di dalam rahim (in vivo=di dalam tubuh). Bayi yang lahir dengan cara demikian disebut bayi tabung. Bayi tabung yang pertama bernama Lousie Brown, dilahirkan di Inggris tanggal 25 Juli 1978. Teknik ini umumnya melanggar etika sehingga jarang digunakan.

B.     Rekayasa Genetika
Sifat makhluk hidup tersimpan dalam gen. Gen adalah penentu sifat yang ada di kromosom. Jika gen diubah, maka sifat makhluk hidup itu juga ikut berubah. Karena itu,
para ilmuwan berusaha untuk merubah-rubah gen makhluk hidup agar memperoleh organisme baru dengan sifat yang dikehendaki. Kegiatan memanipulasi gen untuk mendapatkan produk baru dengan mengubah-ubah gen makhluk hidup disebut Rekayasa Genetika.

Contoh
penggunaan rekayasa genetika adalah pembuatan insulin. Gen penghasil insulin manusi dipotong dari DNA manusia dengan enzim. Gen tersebut lalu disambungkan pada plasmid bakteri E. coli. hasil sambungan plasmid dan gen insulin lalu dimasukkan ke dalam bakteri E. coli. Bakteri tersebut dipelihara di dalam medium khusus sehingga berkembang biak dengan cepat dan dapat memproduksi insulin manusia. Insulin yang dihasilkan ditampung untuk dijual pada penderita kencing manis (Diabetes Melitus).

C.     Tanaman transgenik
Tanaman trasngenik sebenarnya merupakan salah-satu produk dari rekayasa genetika yang dilakukan terhadap tumbuhan. Tanaman ini menjadi penting karena dewasa ini sebagian besar produk yang dikembangkan oleh industri bioteknologi lebih banyak kepada tanaman budidaya yang memiliki nilai jual besar.
Teknik pembuatan tanaman transgenik tidak jauh berbeda dengan pembuatan insulin. Sifat yang biasanya dimasukkan ke dalam tanaman adalah anti hama, anti gulma, mampu memproduksi protein tertentu, dan lain sebagainya.
D.     Pengklonan
Pengklonaan sebenarnya bukan barang baru dalam bioteknologi. Pengklonaan terhadap tumbuhan sebenarnya telah dilakukan berkali-kali sejak jaman dahulu. Pengklonaan paling sederhana dapat kita lihat di perkebunan ketela pohon. Ketela pohon yang ditanam menggunakan metode stek memiliki informasi genetik yang sama dengan induknya. Pengklonaan pada dasarnya merupakan usaha menghasilkan individu-individu yang seragam. Hal ini dapat dilakukan dengan stek, cangkok, bahkan kultur jaringan pada tumbuhan.
Meskipun pengklonaan sering dilakukan terhadap tumbuhan, cara yang sama tidak bisa dilakukan pada hewan. Dahulu, para ilmuwan berpendapat hal ini terjadi karena sel hewan yang sudah dewasa telah kehilangan kemampuan berdiferensiasi (totipotensi). Hilangnya totipotensi ini menyebabkan sel hewan tidak dapat membelah dan berkembang menjadi individu baru. Tetapi Mintz dan Gurdon dalam penelitiannya masing-masing berhasil membuktikan bahwa ketidakmampuan sel hewan dewasa untuk berdiferensiasi disebabkan oleh lingkungan sitoplasma selnya. Gordon mengambil inti sel dari sel usus katak kemudian ia masukkan ke dalam sel telur yang telah dihilangkan intinya dengan sinar ultraviolet. Sel telur ini lalu berkembang menjadi berudu, lalu menjadi katak dewasa. Katak dewasa ini merupakan klona dari katak pemberi sel usus. Inilah pengklonaan yang pertama dilakukan.

B.        Teknologi Kearifan Lokal
Sebagai contoh kearifan lokal yang menyelamatkan antara lain kearifan lokal yang dikembangkan masyarakat P Simelue yang selamat dari tsunami tanggal 26 Desember 2004 telah menyelamatkan ribuan manusia. Masyarakat Pulau Simelue belajar dari kejadian bencana tsunami yang terjadi pada beberapa puluh tahun yang lalu (th 1900) dan mengembangkan sistem peringatan dini dengan teriakan semong yang berarti air laut surut dan segera lari menuju kebukit. Istilah ini selalu disosialisasikan dengan cara menjadi dongeng legenda oleh tokoh masyarakat setempat sehingga istilah ini jadi melekat dan membudaya dihati setiap penduduk P Simelue. Istilah ini yang menyelamatkan hampir seluruh rakyat P Simelue padahal secara geografis letaknya sangat dekat dengan pusat bencana. Masyarakat yang berasal dari P Simelue dan bekerja di sepanjang pantai barat Sumatra menjadi pahlawan karena menyelamatkan banyak orang dengan menyuruh dan memaksa orang segera berlari secepatnya menuju tempat yang tinggi begitu melihat air laut surut.  Contoh kearifan lokal ini sering dimuat di media dan disiarkan lewat media elektronik, walau begitu saat Pantai Pangandaran terkena tsunami  bulan Juli 2006 masyarakat setempat tidak segera lari meninggalkan pantai malah mendekati pantai untuk mengambil ikan sehingga banyak korban tsunami saat itu.Contoh lain ditunjukkan oleh seorang KH Muzamil Hasan Basuni, pimpinan Pondok Pesantren (ponpes) Al Hasan yang terletak di Desa Kemiri, Panti, Jember karena kepedulian terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya, beliau bisa menyelamatkan 400 santrinya karena melihat keganjilan, dimana dalam kondisi hujan agak lebat tetapi air sungai tidak banjir lagi malah surut. Ternyata dibagian hulu telah terjadi longsor yang menutup atau membendung sementara aliran sungai. Begitu bendung tanah jebol maka terjadi banjir bandang. Semua bisa melihat bagaimana seluruh kompleks pondok peasntren terendam lumpur dan banyak yang hancur karenanya.Ini berarti bangsa Indonesia bisa bertahan hidup dengan belajar langsung dari alam dan berusaha terus mengenal (”niteni“) tingkah laku alam di sekitarnya, sehingga mereka menciptakan banyak kearifan lokal yang dianut oleh komunitas masyarakat sekitarnya. Kearifan lokal ini berkembang karena selama ratusan tahun secara geologi, klimatologis, geografi dan kondisi sosial demografi Indonesia rawan bencana gempa, tsunami, gunung api, longsor , rawan banjir, angin ribut, kekeringan, kebakaran hutan, konflik sosial, penyakit menular dan lain sebagainya.  Dalam perkembangannya kearifan lokal mulai terpojokkan/terpinggirkan dikarenakan datangnya ilmu pengetahuan dari barat. Hal ini terjadi karena kearifan lokal tidak punya bukti ilmiah yang bisa diterima secara rasional.  Tulisan ini lebih menyoroti pada kearifan lokal yang berkembang di daerah gunung api. Hal ini saya tulis karena saya merasa bangga sebagai bangsa Indonesia karena hanya di bumi Indonesia gunung api ada yang njaga.  
Seperti kita ketahui bersama sekitar pertengahan bulan Juni 2006 G Merapi di Yogyakarta terjadi peningkatan aktivitas sampai level AWAS dengan konsekuensi masyarakat yang bermukim di kawasan gunung merapi harus diungsikan. Pengungsian dimulai dengan bantuan aparat dan relawan. Adalah Mbah Marijan dan kerabatnya tidak menunjukkan kegelisahan dan kegugupan, masih tetap tenang-tenang saja. Kenapa mbah kok tidak ikut mengungsi? Mbah Marijan menjawab dengan tenang “Memang ada apa?, G Merapi saat ini belum mau meletus, masih batuk-batuk saja dan kenalpotnya tidak mengarah kesini. Jadi kenapa saya harus ribut, dan saya belum dapat wangsit dari eyang merapi. Mbah Marijan pun bisa melihat sinar putih (cleret) yang keluar dari puncak G Merapi menuju ke bawah yang menandakan akan keluarnya awan panas (wedus gembel) yang keluar searah dengan arah cleret. Bulan Oktober-Nopember 2007 G Kelud aktif dinyatakan pada level AWAS oleh pihak Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG Bandung) dan tegas-tegas mengatakan bahwa secara teoritis dengan tingkat kegempaan, perubahan temperature, tingkat deformasi dan berdasarkan sejarah letusan di masa lampau maka mestinya G Kelud sudah meletus. Oleh kerenanya semua orang yang bermukim di radius 10 km harus diungsikan. . Bagi masayarakat yang pernah mengalami letusan tahun 1919, 1951, 1966 dan 1990 menolak mengungsi karena belum ada tanda-tanda alam seperti (1) turunnya hewan-hewan dari puncak, (2) burung-burung atau hewan lainnya masih berbunyi, (3) pohon-pohon di sekeliling kawah belum ada yang mati layu/kering. Dan lagi sang sesepuh seperti mbah Marijan yang dikenal dengan Mbah Ronggo mengatakan bahwa disamping belum ada tanda-tanda tersebut, dia belum mendapatkan “wangsit”. Apa yang dilakukan oleh mbah Ronggo dan masyarakat G Kelud merupakan upaya masyarakat lokal (local wisdom) untuk memahami perilaku alamiah gunung berapi berdasarkan pengalaman sejarah letusan Mbah Ronggo ngotot tidak mau mengungsi. Dan kita lihat bersama drama G kelud tidak diakhiri dengan letusan walau secara intrumental teknologi mestinya meletus. Berdasarkan beberapa literatur perubahan perilaku hewan seperti hewan-hewan langka turun gunung, hewan-hewan atau burung-burung terdiam tidak bersuara (ada kesunyian) atau binatang liar yang tiba-tiba menjadi mudah ditangkap atau binatang peliharaan yang bertingkah laku aneh di sangkarnya, sering muncul sebelum peningkatan fase letusan gunung berapi. Ada berbagai kemungkinan penyebab kejadian ini antara laian karena adanya gelombang dan radiasi elektromagnetik yang keluar bersamaan dengan bergeraknya magma keatas sehingga menimbulkan regangan dan retakan. Akibat tekanan magma pada lapisan batuan menimbulkan regangan dan berakibat munculnya gelombang elektromagnetik, dan retakan yang menimbulkan radiasi magnetic. Gelombang dan radiasi elektromagnetik berfrekuensi rendah hingg tinggi. Rendah bila regangan dan radiasi diakibatkan oleh tekanan magma yang rendah pula, sebaliknya yang regangan dan radiasi elektromagnetik tinggi dikarenakan tekanan magma tinggi. Gelombang dan radiasi EM berfrekuensi tertentu ini akan mudah dan sudah diterima oleh hewan-hewan sebagai ancaman sehingga hewan-hewan tersebut bertingkah laku tidak seperti biasanya.Keadaan ini memunculkan suatu permasalahan yang sangat menarik dan sangat menggelitik untuk diteliti, yaitu diperlukan alat ukur tambahan untuk menambah akurasi data Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Teknologi merupakan karya manusia yang difungsikan untuk mempermudah aktifitas manusia itu sendiri. Seiring dengan perkembangan jaman dan kebutuhan manusia, maka tentunya manusia yang memiliki pola pikir yang berkembang menciptakan teknologi dan cabang-cabang ilmu teknologi lainnya guna mempermudah memecahkan masalah manusia sendiri dengan lebih spesifik
Saran kami seperti apa yang kami kemukakan di atas adalah kita sebagai manusia yang bijak harus menggunakan teknologi secara bajik serta kita harus mempunyai prinsip kita harus menguasai teknologi agar nantinya kita memperbudak bukan di perbudak teknologi.



DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar